The Blood of Uchiha [chapter:1]
Setelah nulis di wattpad aku mau iseng nuslis di blog ah, itung -itung ngisi entri. Oke fanfic kali ini masih dari fandom Naruto. Pairing SasuSaku. cerita ini adalah sequel dari Revenge or safe me^^ But, aku sarankan untuk membaca buku pertama dulu biar nyambung. Be enjoy!
DLDR!
Disclaimancer by Masashi Kishimoto
Creater by Ashquee
Genre : Romance & Family, Semi Canon
Rate : T
Pairing : Sasuke.U X Sakura.H
.
.
.
Helaian merah mudanya yang mulai panjang tergerai membikai wajah lembutnya. Sedari tadi iris emeraldnya bergulir kesana kemari membaca rentetan kalimat di secarik kertas yang ia pegang.
Alisnya terkadang menyernyit, raut wajahnya terkadang tampak bingung dan sekejap berubah menegang.
"Apa Ibu baik-baik saja?" Tanya bocah laki-laki bersurai gelap yang beberapa menit lalu memberikan secarik kertas itu.
Bocah itu tak henti-hentinya menatap Ibunya yang tampak serius membaca surat titipan dari Gurunya.
"Satoshi, Ibu akan menemui Gurumu setelah Ibu selesai menangani pasien. Bisa minta tolong mengatakannya pada Gurumu?"
Bocah laki-laki itu hanya mengangguk memahami. Ibunya itu bekerja sebagai dokter di klinik kecil desanya, wajar saja jika ia sibuk di jam seperti ini. Ngomong-ngoming tentang jam, ini masih jam sembilan pagi. Waktu dimana bocah seusianya masih duduk di Akademi dan mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh para guru.
Bocah itu-Satoshi-segera pamit dan berlalu keluar ruangan. Ia bergegas kembali ke Akademi sesuai perintah Ibunya. Sebenarnya tadi ia sudah diizinkan pulang, tapi ia juga tidak mau bosan tak melakukan apapun dirumah, dia hanya tinggal dengan Ibu dan adiknya, atau saudara kembarnya tepatnya, Satoru.
"Lihat! Dia lewat, dia lewat!"
Langkah Satoshi terhenti saat melewati taman kanak-kanak yang tak jauh dari Akademinya. Ia menoleh dan mendapati kerumunan anak-anak yang menatapnya sengit, Satoshi tau mereka adalah gerombolan anak nakal yang suka membolos.
"Hey Satoshi kau mau ikut bermain air tidak!?" Teriak salah satu anak bersurai coklat.
"Lain kali saja, aku harus menemui Guru Asuna." Ujarnya sambil berbalik pergi.
"Huh! Dasar sombong! Mentang-mentang dia pintar tidak mau bermain dengan kita," teriak salah satu dari mereka marah.
Bukan bermaksud sombong. Hanya saja Satoshi tidak mudah bersosialisasi, ia sedikit pemalu meski tak ia tunjukan dengan gamblang. Ia juga tidak terlalu nyaman berinteraksi dengan banyak orang atau orang asing. Lagi pula ia memang mempunya urusan dengan Gurunya.
"Iya benar, cih! Anak dari seorang jalang saja sombong!"
"Sudahlah, dia itu kan tidak punya Ayah wajar saja jika tidak ada yang mendidiknya!"
"Hahahaa... aku yakin Satoru pasti bukan saudara kandungnya,"
"Iya, Ibunya kan jalang! Hhahaa,"
Satoshi memejamkan matanya, ia terus berjalan tanpa memperdulikan kata-kata pedas yang terlontar dari kerumunan anak-anak tadi.
Bohong jika ia tidak mrah dan kesal, hanya saja belakangan ini ia sudah sering mendengarnya dan terasa kebal dengan semua itu. Terlebih Ibunya melarangnya untuk berkelahi, meski sebenarnya ia tidak pernah terluka setelahnya.
"Kuso!" geram mereka karena melihat Satoshi begitu tenang seolah tak mendengar apapun.
Tak!
Sebuah batu cukup besar melayang dan membentur pohon disamping Satoshi.
Melihat lemparannya meleset, anak tadi semakin geram dan terus melempari Satoshi dengan berbagai ukuran batu.
Satoshi masih setia dengan sikap kalemnya, ia terus berjalan tenang sembari menghindari lemparan batu itu.
Anak-anak itu semakin geram dan terus melempari Satoshi dengan batu. "Sialan kau Satoshi! Rasakan ini!!!"
Ctak!
Ctak!
Ctak!
"!!!"
Semua mata anak-anak itu melebar sempurna, mereka terkejut bukan main. Cara Satoshi menangkap lemparan batu mereka kemudian mengembalikannya dengan sempurna memantul dari lemparan batu yang satu ke lemparan batu lainnya. Gerakannya cepat dan tepat, sangat mengagumkan untuk seukuran bocah.
"Jangan menggangguku!" Ujar Satoshi penuh penekanan sembari menatap kerumunan anak-anak itu tajam.
Sedang, mereka yang ditatap semakin terkejut dan diantara beberapa dari mereka ada yang tubuhnya bergetar takut saat melihat kedua iris onyx mikik Satoshi berubah semerah darah.
"I-iblis,"
"Di-diaa... iblis, Satoshi... k-kau I-iblis!"
Satoshi sedikit mengerutkan alisnya bingung. Dia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh anak-anak itu.
"Iblis!!! Kyaaaaa!!!! Ada iblis!!!"
"Kyaaaa!!! Lariiii!!!"
Dan kerumunan anak-anak itu saling membubarkan diri, bahkan diantara mereka ada yang menangis.
Satoshi hanya memandang bingung, namun tak berlangsung lama. Ia kembali berbalik berjalan menuju Akademi.
Tanpa sepengetahuannya, ia sedang diawasi oleh dua sosok berjubah hitam di atas pohon tak jauh dari taman kanak-kanak.
"Kau melihatnya?"
"Yeah,"
Kedua sosok itu menyeringai kejam dan begitu mengerikan sambil terus menatap punggung Satoshi yang sudah menghilang dibalik gerbang bertulis 'SEKOLAH DASAR HUNGARIA' jika dalam bahasa Indonesia.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Nii-san!"
Satoshi menoleh kearah suara yang memanggil namanya. Ia mendapati sosok bocah laki-laki mungil yang begitu mirip dengannya, rambut mencuat hitam legam seperti gagak yang akan berkilat biru jika diterpa cahaya, kulit putih pucat, hidung mungil mancung, pipi tembam dan kedua bola mata onyx bulat yang lebih besar darinya.
"Satoru?"
Satoru, saudara kembarnya yang benar-benar mirip dan tak bisa dibedakan jika hanya menatapnya sekilas. Bahkan banyak anak-anak disekolah atau gurunya yang keliru memanggil mereka.
Yang menjadi pembeda hanyalah, Satoshi lebih tinggi lima centi dari Satoru. Rambut Satoru dominan berwarna hitam kebiruan, sedang Satoshi lebih hitam legam seperti gagak meski masih ada sedikit highligt biru, namun tak sebanyak Sotaru.
Dan meski rambut mereka bermodel sama, mencuat dan runcing. Namun, jika di raba, rambut Satoru lebih runcing dan menusuk sedang Satoshi agak sedikit lemas.
"Nii-san tidak kembali ke kelas saat Asuna-sensei memanggilmu, apa yang salah?"
"Tak ada, selama aku pergi kau baik-baik saja?"
"Hn, tak usah khawatir. Lagipula ini waktunya pulang kan, jadi ayo Nii-san aku sangat lapar! Aku ingin soup daging ekstra tomat buatan Ibu,"
Satoshi tertawa kecil. Ya, mereka memang suka sekali tomat. Apalagi jika Ibunya itu mengolahnya lagi, sangat enak. Tangan Ibunya itu seperti malaikat yang menyihir tomat menjadi lebih enak, rasanya mereka tak pernah bosan dan tak mau satu haripun terlewati tanpa tomat.
Mereka berlari riang seolah berlomba untuk segera duluan sampai gerbang. Semburat orange sudah mulai menghiasi langit barat, tanda bahwa rembulan akan segera naik menggantikan peran mentari.
"Nee, aku menang lagi Satoru! Kau payah," ujar Satoshi riang sambil meledek saudaranya.
Ia memang akan sangat berbeda jika dengan Ibu dan adiknya. Dan akan berbeda juga dihadapan orang lain.
Satoru terdiam tak menanggapi, ia hanya menatap lurus pemandangan yang tampak di netra kelamnya. Satoshi pun mengikuti arah pandang saudara serahimnya itu.
"Ayah!" Sosok anak perempuan kecil tengah berlari kearah lelaki paruh baya yang berdiri tegap di bawah pohon mapel.
"Wah, Yura kau cepat tumbuh. Tadi belajar apa saja, hm?" Ujar lelaki itu sambil menggendong anak perempuan tadi dan berlalu pergi dengan gelak canda mereka.
"Ayah!"
Baik Satoshi maupun Satoru menoleh kesumber suara. Mereka mendapati seorang bocak lelaki yang usianya tak jauh berbeda dengan mereka tengah berlari dan menerjang pelukan Ayahnya.
"Hari ini aku ingin Ayah membelikan ice cream! Pokoknya Ayah sudah janji tadi pagi jika aku berhasil meraih nilai delapan,"
"Tentu saja! Kau itu kan jagoan Ayah,"
"Yosh! Ayo beli ice cream yang banyak Ayah!"
Dan Satoru tak pernah berkedip setelah melihat semua pemandangan sejenis itu berlalu lalang didepannya...
"Nii-san,"
Satoshi menoleh kearah Satoru yang masih memandang pemandangan Ayah dan anak yang mulai usai.
"Kau tahu, hari ini aku meraih nilai sembilan,"
Satoshi hanya mampu mengatupkan bibirnya rapat-rapat sambil memejamkan kelopak matanya erat. Ia benci situasi seperti ini. Situasi yang sangat ia benci adalah ketika pulang sekolah.
"Tapi, meskipun begitu... Aku tidak akan pernah mendapat ice cream dari Ayah kan?"
Satoru menundukan kepalanya, ia berjalan mendahului kakaknya.
"Kau... mau kubelikan ice cream? Uangku masih tersi-"
"Nii-san..."
Perkataan Satoshi terpotong, ia melihat punggung kecil adiknya. Punggung berbalut kaos hitam panjang tanpa lambang apapun tercetak disana.
"Ayo... kita pulang,"
...Karena jika Ia berkedip, maka saat itu juga ia sudah tak bisa menahan lelehan liquid bening yang selalu berlomba berusaha menetes dari kelopak matanya.
.
.
.
.
TBC
Huwaaaaaa!!! Kok aku gak tega ya nulisnya, jujur aja aku nangis loh ngetiknya. Semoga aja feelnya kerasa. btw, sorry ya kalau banyak typo, aku juga belum sempat revisi.
EKHEM!!!
Helllooo!!! Ada yang kangen sama Author kece kalian ini gak? #plak gak ada!
T.T jahaddd amat.
Reader: salah lu jahatin SasuSaku mulu!
Heheee... maaf, khilaf.
Reader : *ngambek*
Oh ya, inget Itachi shinden gak? Yang sceane ia ngelempar batu saat dilemparin anak-anak nakal. Yang Satoshi ku juga ambil disitu loh.
Okay, ini chapter pertama The Blood of Uchiha. Sequel dari Revenge or safe me.
Buat yang belum baca ROSM, lebih baik baca dulu biar nyambung.
Soal Sasuke, ummmm.... gimana yaa? Aah. Kabur laahh #takut makin dikeroyok!
Btw, niatnya aku mau uploadnya minggu depan. Tapi lihat coment kalian jadi gak sabar sendiri buat up! Huwaaa... tuh kan kalian itu ngaruh sama moodnya Author.
Seneng kan ku up kilat? Jadi boleh minta votement dong!
Mana yang lain
ReplyDelete